Nama :
Dhika Primadya Citrawijaya
NPM :
12213334
Kelas :
2EA03
Pergeseran budaya upacara adat tradisonal
Seni tradisional adalah unsur kesenian yang
menjadi bagian hidup masyarakat dalam suatu kaum /suku/bangsa tertentu.
Tradisional adalah aksi dan tingkah laku yang keluar alamiah karena kebutuhan
dari nenek moyang yang terdahulu. Tradisi adalah bagian dari tradisional namun
bisa musnah karena ketidakmauan masyarakat untuk mengikuti tradisi tersebut.
Bagi
sebagian masyarakat Indonesia khususnya di kota besar, seni tradisional
merupakan sebuah warisan nenek moyang terdahulu. Seiring berkembangnya kemajuan zaman
dan teknologi, manusia pun ikut menciptakan sebuah kebiasaaan dan tradisi
yang kemudian mewariskan kepada generasi selanjutnya dan terus begitu pada
generasi berikutnya.
Akibatnya
masyarakat Indonesia kebanyakan menganggap kesenian, seperti tarian, musik ,
permainan dan lain sebagainya dipandang sebagai hasil warisan budaya
tradisional yang telah kuno. Sedangkan beberapa unsur lain yang termasuk
kedalam budaya seni tradisional secara perlahan luntur dan hilang begitu saja.
Hingga saat ini sudah tercatat ratusan acara adat dari berbagai suku hilang dan
masyarakat pun beralih pada kemajuan teknologi.
Salah
satu contohnya yang paling nyata dan tanpa banyak disadari masyaakat
adalah Upacara Pernikahan. Untuk lebih jelasnya mari kita baca kasus
dibawah ini :
Masyarakat
adat Lampung Barat merupakan masyarakat yangmasih menjunjung tinggi nilai nilai
adat budaya dan tradisi, Adat budayanya pun sangat khas. Sampai saat ini masih
dapat kita jumpai Upacara – Upacara Adat seperti Upacara Adat dalam menyambut
Tamu Agung, Pengangkatan Raja, Nyambai Agung dan Pernikahan.
Diantara
bebeberapa Upacara Adat tersebut, yang paling sering kita jumpai adalah Upacara
Adat Pernikahan. Dalam hal ini Muda mudi yang dalam bahasa lampung disebut Muli
Mekhanai mempunyai peranan sebagai pendukung dan penyemarak kegiatan Upacara
Pernikahan tersebut. Terdapat beberapa Tradisi Muli Mekhanai dalam
menyemarakkan
Upacara
adat Pernikahan ini salah satunya adalah Tari Selendang/Lempar Selendang, yaitu
sebuah tarian menggunakan kain selendang oleh Muli Mekhanai yang diringi oleh
musik tradisional Gong dan Rebana. Secara bergantian Muli Mekhanai mencari
pasangan hingga terbentuk dua pasangan lalu barulah tarian dimulai, proses
pergantian antar Muli Mekhanai satu dengan yang lainnya adalah saat
dihentikannya alunan musik ditengah pasangan Muli Mekhanai yang sedang menari
lalu merekamasing-masing memilih dan memberikan selendang untuk penari
selanjutnya secara berpasangan dan demikian seterusnya.
Namun
kini seiring tradisi tersebut berubah dan mengalami pergeseran nilai yang
cukup mengkhawatirkan. Tari Selendang yang awalnya adalah tarian selendang yang
diikuti alunan musik tradisonal, kini berganti menjadi tak ubahnya sebuah Pesta
Dugem, alunan musik tradisonal Gong dan Rebana digantikan menjadi alunan yang
mereka sebut dengan House Music dari VCD Player dengan speaker yang disetel
sekencang-kencangnya, tarinya pun yang awalnya syarat akan nilai seni
tradisional mau tidak mau harus mengikuti alunan House Music tadi, yang masih
tersisa hanyalah kain selendang yang fungsinya memang masih sama dengan fungsi
awal.
Ironis
dan menghawatirkan memang jika melihat fenomena seperti ini terjadi
ditengah-tengah masyarakat lampung barat yang masih memegang teguh nilai nilai
keluhuran adat budaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar