Nama :
Dhika Primadya Citrawijaya
NPM :
12213334
Kelas :
2EA03
Mendidik Diri dengan Wasiat Nabi
Penulis : Ustadz Abu Hamzah Yusuf
Kategori : Aqidah
Tidak diragukan lagi, masing-masing kita
mendambakan terciptanya suasana kebahagiaan, kebersamaan, dan ketentraman baik
dalam urusan dunia maupun agama bahkan negara. Banyak usaha yang dilakukan
tetapi nyatanya tidak menghasilkan apa yang diharapkan, sementara kita meyakini
bahwa tidak ada satu kesulitan pun kecuali pasti ada jalan keluarnya. Allah
berfirman, "Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan." (QS
Asy Syarhu / Alam Nasyrah: 6).
Allah
juga berfirman, "Dan barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Allah
menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya." (QS Ath Thalaq: 4). Nabi
Shalallahu ‘alaihi wassalam juga bersabda dalam hadits Ibnu Abbas,
"Ketahuilah, bahwasanya kemenangan bersama kesabaran, kelapangan bersama
kesempitan dan sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan."
Sudah
saatnya untuk kita bercermin kepada segala upaya yang dikerahkan dalam membina
kehidupan di keluarga, lingkungan, masyarakat, dan lebih luasnya lagi negara.
Sudahkah kita jujur kepada Allah dan KitabNya, kepada Rasulullah Shalallahu
‘alaihi wassalam dan Sunnahnya, dalam hal aqidah, akhlaq, ibadah, dan muamalah?
Dimana hal ini adalah pintu masuk ruang kebahagiaan dan kebersamaan.
Para
pembaca -semoga dirahmati Allah- Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam sebagai
Nabi dan Rasul yang terakhir, tidaklah meninggalkan umatnya kecuali telah
menerangkan apa yang dibutuhkan mereka dalam membangun kehidupan menuju
kebahagiaan dunia dan akhirat, inilah kesempurnaan dien.
Allah
berfirman, "Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu dan telah
kucukupkan kepadamu nikmatku dan telah kuridhai Islam itu jadi agama
bagimu." (QS Al Maaidah: 3).
Allah
juga berfirman, "Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur'an) untuk
menjelaskan segala sesuatu." (QS An Nahl: 89). Dalam hadits yang
diriwayatkan Abu Daud, Tirmidzi, Ahmad, dan Ibnu Majah, serta Ad Darimy dari
sahabat Abu Najih Al Irbadh bin Sariyah berkata, "Rasulullah Shalallahu ‘alaihi
wassalam telah memberi nasehat kepada kami dengan satu nasehat yang
menggetarkan hati dan mencucurkan air mata. Maka kami bertanya, 'Wahai
Rasulullah! Seakan-akan nasehat ini adalah nasehat yang terakhir maka berilah
kami wasiat.' Nabi bersabda, 'Aku wasiatkan padamu agar tetap bertaqwa kepada
Allah, serta tetap mendengar perintah dan taat, walaupun yang memerintah kamu
itu seorang budak, maka sesungguhnya orang yang masih hidup di antaramu nanti
akan melihat perselisihan yang banyak, maka wajib atasmu memegang teguh akan
Sunnahku dan perjalanan para khulafa ar rosyidin yang diberi petunjuk,
peganglah olehmu sunnah-sunnah itu dengan kuat dan jauhilah olehmu bid'ah,
sesungguhnya segala bid'ah itu sesat.'"
Sungguh
Rasulullah telah memberikan nasehat yang agung dan wasiat yang sempurna ini
kepada umat Islam dimana beliau beliau menunjukkan mereka kepada
perkara-perkara yang besar, tidak akan tegak urusan dien dan dunia kecuali
dengan komitmen terhadapnya dan mengikutinya. Tidak ada jalan keluar dari problematika
kehidupan kecuali dengan mengamalkannya dengan seksama di zaman yang dipenuhi
dengan tipu daya, dibenarkannya para pendusta dan didustakannya orang-orang
yang jujur, serta dipercayanya para pengkhianat dan dikhianatinya orang-orang
terpercaya.
Sungguh sangat disesalkan tatkala terlihat mayoritas umat Islam sudah tidak bersandar lagi kepada Al Qur'an tidak pula kepada Sunnah dalam aqidahnya, di saat semaraknya orang-orang yang berhati setan dan bertubuh manusia serta memuncaknya kebid'ahan-kebid'ahan, wallahul musta'an. Adapun wasiat-wasiat yang disampaikan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam itu ialah:
Sungguh sangat disesalkan tatkala terlihat mayoritas umat Islam sudah tidak bersandar lagi kepada Al Qur'an tidak pula kepada Sunnah dalam aqidahnya, di saat semaraknya orang-orang yang berhati setan dan bertubuh manusia serta memuncaknya kebid'ahan-kebid'ahan, wallahul musta'an. Adapun wasiat-wasiat yang disampaikan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam itu ialah:
Pertama:
tidak ada dien kecuali dengan taqwa yaitu taat kepada Allah, melaksanakan
perintah-perintahNya dan menjauhi laranganNya. Taqwa adalah sebab dipermudahnya
segala urusan dien dan dunia serta dibukanya berkah dari langit dan bumi. Allah
berfirman, "Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa,
pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi."
(QS Al A'raaf: 96).
Kedua:
tidak akan tegak urusan-urusan umat baik dunia maupun dien kecuali dengan
pemimpin yang sholeh, adil, menuntun mereka kepada Kitab dan Sunnah Rasulullah,
menerapkan di tengah-tengah mereka syariat Allah, mengatur barisannya dan
menyatukan kalimatnya serta mengangkat bagi mereka bendera jihad untuk
meninggikan kalimat Allah. Sedangkan atas umat agar menerima dengan penuh taat
baik dalam hal yang disukai maupun dibenci, selama pemimpin itu istiqomah di
atas perintah Allah dan menjalankan hukum-hukumNya.
Demi
merealisir kemaslahatan Islam dan kaum muslimin, menjaga kesatuannya dan
melindungi darah-darahnya. Islam mewajibkan taat dalam hal yang ma'ruf (baik)
atas umat terhadap waliyul amri / pemerintah sekalipun mereka bermaksiat,
selama kemaksiatannya tidak sampai pada kekafiran.
Ketiga:
Wasiat Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam mencakup sikap yang harus
dilakukan umat dari perselisihan dan terhadap orang yang menyelisihi Al Haq,
beliau menunjuk agar berpegang teguh dengan Al Haq dan kembali kepada manhaj
yang benar, manhaj Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam dan para khulafa ar
rosyidin RA. Tidaklah Sunnah dan manhaj mereka kecuali Kitabullah -yang tidak
pernah didatangi kebatilan dari arah depan maupun belakang- serta Sunnah Rasulullah
yang suci. Allah berfirman, "Orang-orang yang terdahulu lagi yang
pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan
orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridho kepada mereka dan
mereka pun ridho kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga
yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Mereka kekal di dalamnya
selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar." (QS At Taubah: 100). Inilah
solusi yang benar yang dapat menghentikan perselisihan dengan cara yang diridhoi
Allah.
Keempat:
Wasiat Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam juga meliputi peringatan terhadap
bid'ah, sangat sering beliau memperingatkan umatnya dari bahaya dan kerusakan
yang ditimbulkannya dengan penjelasan yang gamblang bahwa bid'ah adalah kesesatan.
Para
pembaca -semoga dirahmati Allah- demikianlah kita mesti memulai untuk
menyadarkan dan mendidik setiap diri-diri kita agar kembali kepada wasiat Allah
dan RasulNya, kembali kepada konsep hidup nabawi, bersungguh-sungguh untuk
menegakkan ibadah kepada Allah dan membuktikannya, sehingga akan terciptalah
kebaikan dalam diri kita, dalam diri istri-istri kita, dan dalam keluarga kita.
Ketahuilah bahwa:
baiknya diri adalah baiknya keluarga
baiknya keluarga adalah baiknya masyarakat
baiknya masyarakat adalah baiknya lingkungan
baiknya lingkungan adalah baiknya negara
baiknya negara adalah baiknya umat
baiknya umat adalah baiknya alam secara keseluruhan bi idznillah.
Wal ilmu indalllah.
baiknya diri adalah baiknya keluarga
baiknya keluarga adalah baiknya masyarakat
baiknya masyarakat adalah baiknya lingkungan
baiknya lingkungan adalah baiknya negara
baiknya negara adalah baiknya umat
baiknya umat adalah baiknya alam secara keseluruhan bi idznillah.
Wal ilmu indalllah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar