Nama : Dhika Primadya Citrawijaya
NPM : 12213334
Kelas : 3EA03
PENGARUH
KEBUDAYAAN TERHADAP PEMBELIAN KONSUMEN
PENGERTIAN BUDAYA
Budaya
atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang
berkaitan dengan budi dan akal manusia.Dalam bahasa Inggris, kebudayaan
disebut culture, yang berasal
dari kata Latin, Colere.Artinya
yaitu mengolah atau mengerjakan dan bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah
atau bertani.Kata culture juga
kadang diterjemahkan sebagai “kultur” dalam bahasa Indonesia.
Definisi
budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk
dari banyak unsur yang, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat,
bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.Bahasa merupakan bagian tak
terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya
diwariskan secara genetis.Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan
orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya,
membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.Kembali lagi, budaya itu bersifat
kompleks, abstrak, dan luas.Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku
komunikatif.
Unsur-unsur
sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.Citra
budaya yang bersifat memaksa membekali anggota-anggotanya dengan pedoman
mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang
dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa
bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka. Dengan demikian, budayalah yang
menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas
seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.
PENGARUH KEBUDAYAAN
TERHADAP PERILAKU KONSUMEN
Pengertian
perilaku konsumen menurut Shiffman dan Kanuk (2000) adalah perilaku yang
diperhatikan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan
mengabaikan produk, jasa, atau ide yang diharapkan dapat memuaskan konsumen
untuk dapat memuaskan kebutuhannya dengan mengkonsumsi produk atau jasa yang
ditawarkan.
Selain
itu perilaku konsumen menurut Loudon dan Della Bitta (1993) adalah proses
pengambilan keputusan dan kegiatan fisik individu-individu yang semuanya ini
melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan, menggunakan, atau mengabaikan
barang-barang dan jasa-jasa.
Menurut
Ebert dan Griffin (1995) consumer behavior dijelaskan sebagai upaya konsumen
untuk membuat keputusan tentang suatu produk yang dibeli dan dikonsumsi.
1.
Model perilaku konsumen
Konsumen
mengambil banyak macam keputusan membeli setiap hari. Kebanyakan perusahaan
besar meneliti keputusan membeli konsumen secara rinci untuk menjawab
pertanyaan mengenai apa yang dibeli konsumen, dimana mereka membeli, bagaimana
dan berapa banyak mereka membeli, serta mengapa mereka membeli.
Pertanyaan sentral bagi pemasar
:
– Bagaimana konsumen memberikan
respon terhadap berbagai usaha pemasaran yang dilancarkan perusahaan?
Perusahaan
benar−benar memahami bagaimana konsumen akan memberi responterhadap sifat-sifat
produk, harga dan daya tarik iklan yang berbeda mempunyai keunggulan besar atas
pesaing.
2.
Faktor Budaya
Faktor
budaya memberikan pengaruh paling luas dan dalam pada perilaku
konsumen.Pengiklan harus mengetahui peranan yang dimainkan oleh budaya,
sub-budaya dan kelas sosial pembeli.Karena budaya adalah penyebab paling
mendasar dari keinginan dan perilaku seseorang.
Budaya
merupakan kumpulan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan dan perilaku yang
dipelajari oleh seorang anggota masyarakat dari keluarga dan lembaga penting
lainnya.
Sub-budaya dapat dibedakan
menjadi 4 jenis :
1.
Kelompok nasionalisme
2.
Kelompok keagamaan
3.
Kelompok ras
4.
Area geografis.
Banyak
sub-budaya membentuk segmen pasar penting dan pemasar seringkali merancang
produk danprogram pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen.
Kelas-kelas sosial adalah masyarakat yang relatif permanen dan bertahan lama dalam suatu masyarakat, yang tersusun secara hierarki dan keanggotaannya mempunyai nilai, minat dan perilaku yang serupa. Kelas sosial bukan ditentukan oleh satu faktor tunggal, seperti pendapatan, tetapi diukur dari kombinasi pendapatan, pekerjaan, pendidikan, kekayaan dan variable lain.
Kelas-kelas sosial adalah masyarakat yang relatif permanen dan bertahan lama dalam suatu masyarakat, yang tersusun secara hierarki dan keanggotaannya mempunyai nilai, minat dan perilaku yang serupa. Kelas sosial bukan ditentukan oleh satu faktor tunggal, seperti pendapatan, tetapi diukur dari kombinasi pendapatan, pekerjaan, pendidikan, kekayaan dan variable lain.
Dengan
adanya kebudayaan, perilaku konsumen mengalami perubahan.Dengan memahami
beberapa bentuk budaya dari masyarakat, dapat membantu pemasar dalam
memprediksi penerimaan konsumen terhadap suatu produk.Pengaruh budaya dapat
mempengaruhi masyarakat secara tidak sadar, karena pengaruh budaya sangat alami
dan otomatis sehingga pengaruhnya terhadap perilaku sering diterima begitu
saja. Ketika kita ditanya kenapa kita melakukan sesuatu?, kita akan otomatis menjawab, “ya karena
memang sudah seharusnya seperti itu”.
Jawaban itu sudah berupa jawaban otomatis yang memperlihatkan pengaruh budaya
dalam perilaku kita.Barulah ketika seseorang berhadapan dengan masyarakat yang
memiliki budaya, nilai dan kepercayaan yang berbeda dengan mereka, lalu baru
menyadari bahwa budaya telah membentuk perilaku seseorang. Kemudian akan muncul
apresiasi terhadap budaya yang dimiliki bila seseorang dihadapan dengan budaya
yang berbeda.
Misalnya,
di budaya yang membiasakan masyarakatnya menggosok gigi dua kali sehari dengan
pasta gigi akan merasa bahwa hal itu merupakan kebiasaan yang baik bila
dibandingkan dengan budaya yang tidak mengajarkan masyarakatnya menggosok gigi
dua kali sehari. Jadi, konsumen melihat diri mereka sendiri dan bereaksi
terhadap lingkungan mereka berdasarkan latar belakang kebudayaan yang mereka
miliki. Dan, setiap individu akan mempersepsi dunia dengan kacamata budaya
mereka sendiri.
Budaya
yang ada di masyarakat dapat memuaskan kebutuhan masyarakat.Budaya dalam suatu
produk yang memberikan petunjuk, dan pedoman dalam menyelesaikan masalah dengan
menyediakan metode “Coba dan buktikan” dalam memuaskan kebutuhan fisiologis,
personal dan sosial. Misalnya dengan adanya budaya yang memberikan peraturan
dan standar mengenai kapan waktu kita makan, dan apa yang harus dimakan tiap
waktu seseorang pada waktu makan. Begitu juga hal yang sama yang akan dilakukan
konsumen misalnya sewaktu mengkonsumsi makanan olahan dan suatu obat.
Budaya
dapat dipelajari sejak seseorang sewaktu masih kecil, yang memungkinkan
seseorang mulai mendapat nilai-nilai kepercayaan dan kebiasaan dari lingkungan
yang kemudian membentuk budaya seseorang. Berbagai macam cara budaya dapat
dipelajari. Seperti yang diketahui secara umum yaitu ketika orang dewasa dan
rekannya yang lebih tua mengajari anggota keluarganya yang lebih muda mengenai
cara berperilaku. Ada juga seorang anak belajar dengan meniru perilaku
keluarganya, teman atau pahlawan di televisi.
Begitu
juga dalam dunia industri, perusahaan periklanan cenderung memilih cara
pembelajaran secara informal dengan memberikan model untuk ditiru masyarakat.
Misalnya dengan adanya pengulangan iklan akan dapat membuat nilai suatu produk
dan pembentukan kepercayaan dalam diri masyarakat. Seperti biasanya iklan
sebuah produk akan berupaya mengulang kembali akan iklan suatu produk yang
dapat menjadi keuntungan dan kelebihan dari produk itu sendiri. Iklan itu tidak
hanya mampu mempengaruhi persepsi sesaat konsumen mengenai keuntungan dari
suatu produk, namun dapat juga memepengaruhi persepsi generasi mendatang
mengenai keuntungan yang akan didapat dari suatu kategori produk tertentu.
Tradisi
adalah aktivitas yang bersifat simbolis yang merupakan serangkaian
langkah-langkah (berbagai perilaku) yang muncul dalam rangkaian yang pasti dan
terjadi berulang-ulang.Tradisi yang disampaikan selama kehidupan manusia, dari
lahir hingga mati.Hal yang penting dari tradisi ini untuk para pemasar adalah
fakta bahwa tradisi cenderung masih berpengaruh terhadap masyarakat yang
menganutnya.Misalnya yaitu natal, yang selalu berhubungan dengan pohon cemara.
Dan untuk tradisi-tradisi misalnya pernikahan, akan membutuhkan
perhiasan-perhiasan sebagai perlengkapan acara tersebut.
Secara
matematis struktur konsumsi yaitu menjelaskan bagaimana harga beragam sebagai
hasil dari keseimbangan antara ketersediaan produk pada tiap harga (penawaran)
dengan kebijakan distribusi dan keinginan dari mereka dengan kekuatan pembelian
pada tiap harga (permintaan).
Dampak Nilai-nilai Inti
Terhadap Pemasar :
1. Kebutuhan
Konsep dasar yang melandasi pemasaran adalah kebutuhan
manusia.Kebutuhan manusia adalah pernyataan dari rasa kahilangan, dan manusia
mempunyai banyak kebutuhan yang kompleks.Kebutuhan manusia yang kompleks
tersebut karena ukan hanya fisik (makanan, pakaian, perumahan dan lain-lain)
tetapi juga rasa aman, aktualisasi diri, sosialisasi, penghargaan, kepemilikan.
Semua kebutuhan berasal dari masyarakat konsumen, bila tidak puas consumen akan
mencari produk atau jasa yang dapat memuaskan kebutuhan tersebut.
2. Keinginan
Bentuk kebutuhan manusia yang dihasilkan oleh budaya dan
kepribadian individual dinamakan keinginan. Keinginan digambarkan dalam bentuk
obyek yang akan memuaskan kebutuhan mereka atau keinginan adalah hasrat akan
penawar kebutuhan yang spesifik. Masyarakat yang semakin berkembang,
keinginannya juga semakin luas, tetapi ada keterbatasan dana, waktu, tenaga dan
ruang, sehingga dibutuhkan perusahaan yang bisa memuaskan keinginan sekaligus
memenuhi kebutuhan manusia dengan menenbus keterbatasan tersebut, paling tidak
meminimalisasi keterbatasan sumber daya.
Contohnya, manusia butuh makan, tetapi keinginan untuk
memuaskan lapar tersebut terhgantung dari budayanya dan lingkungan tumbuhnya.
Orang Yogya akan memenuhi kebutuhan makannya dengan gudeg, orang Jepang akan
memuaskan keinginannya dengan makanan sukayaki dan lain-lain.
3.
Permintaan
Dengan keinginan dan kebutuhan serta keterbatasan sumber daya
tersebut, akhirnya manusia menciptakan permintaan akan produk atau jasa dengan
manfaat yang paling memuaskan. Sehingga muncullah istilah permintaan, yaitu
keinginan menusia akan produk spesifik yang didukung oleh kemampuan dan
ketersediaan untuk membelinya.
VARIASI NILAI PERUBAHAN
DALAM NILAI BUDAYA TERHADAP PEMBELIAN DAN KONSUMSI
Nilai
budaya memberikan dampak yang lebih pada perilaku konsumen dimana dalam hal ini
dimasukkan kedalam kategori-kategori umum yaitu berupa orientasi nilai-nilai
lainnya yaitu merefleksi gambaran masyarakat dari hubungan yang tepat antara
individu dan kelompok dalam masyarakat.Hubungan ini mempunyai pengaruh yang
utama dalam praktek pemasaran.Kebudayaan adalah faktor penentu keinginan dan
perilaku seseorang, terutama dalam perilaku pengambilan keputusan dan perilaku
pembelian.Dalam perkembangan sejarah budaya konsumsi maka masyarakat konsumsi
lahir pertama kali di Inggris pada abad 18 saat terjadinya tekhnologi produksi
secara massal.Tekhnologi yang disebabkan oleh berkembangnya revolusi industri
memungkinkan perusahaan-perusahaan memproduksi barang terstandarisasi dalam
jumlah besar dengan harga yang relatif murah.Dengan adanya kebudayaan, perilaku
konsumen mengalami perubahan.Dengan memahami beberapa bentuk budaya dari
masyarakat, dapat membantu pemasar dalam memprediksi penerimaan konsumen
terhadap suatu produk.Pengaruh budaya dapat mempengaruhi masyarakat secara
tidak sadar.Pengaruh budaya sangat alami dan otomatis sehingga pengaruhnya
terhadap perilaku sering diterima begitu saja.
Sebagai
contoh, jika masyarakat menilai aktifitas kolektif, konsumen akan melihat
kearah lain pada pedoman dalam keputusan pembelanjaan dan tidak akan merespon
keuntungan pada seruan promosi untuk “menjadi seorang individual”. Dan begitu
juga pada budaya yang individualistik.Sifat dasar dari nilai yang terkait ini
termasuk individual/kolektif, kaum muda/tua, meluas/batas keluarga,
maskulin/feminim, persaingan/kerjasama, dan perbedaan/keseragaman.
1. Individual/Kolektif
Budaya individualis terdapat
pada budaya Amerika, Australia, Inggris, Kanada, New Zealand, dan
Swedia.Sedangkan Taiwan, Korea, Hongkong, Meksiko, Jepang, India, dan Rusia
lebih kolektifis dalam orientasi mereka.Nilai ini adalah faktor kunci yang
membedakan budaya, dan konsep diri yang berpengaruh besar pada individu.Tidak
mengherankan, konsumen dari budaya yang memiliki perbedaan nilai, berbeda pula
reaksi mereka pada produk asing, iklan, dan sumber yang lebih disukai dari
suatu informasi.Seperti contoh, konsumen dari Negara yang lebih kolektifis cenderung
untuk menjadi lebih suka meniru dan kurang inovatif dalam pembelian mereka
dibandingkan dengan budaya individualistik. Dalam tema yang diangkat seperti
”be your self” dan “stand out”, mungkin lebih efektif dinegara amerika tapi
secara umum tidak di negara Jepang, Korea, atau Cina.
2.
Usia Muda/Tua
Dalam hal ini adalah melihat
faktor budaya yang lebih bijaksana dalam melihat sisi dari peran usia. Seperti
contoh di Negara kepulauan Fiji, para orang tua memilih untuk menyenangkan anak
mereka dengan membeli suatu barang.Hal ini berbeda dengan para orang tua di
Amerika yang memberikan tuntutan yang positif bagi anak mereka.Disamping itu,
walaupun Cina memiliki kebijakan yang mengharuskan untuk membatasi keluarga
memiliki lebih dari satu anak, tetapi bagi budaya mereka anak merupakan “kaisar
kecil” bagi mereka. Jadi, apapun yang mereka inginkan akan segera dipenuhi.
Dengan kata lain, penting untuk diingat bahwa segmen tradisional dan nilai
masih berpengaruh dan pera pemasar harus menyesuaikan bukan hanya pada lintas
budaya melainkan juga pada budaya didalamnya.
3. Luas/batasan keluarga
Pengertiannya adalah bagaimana keluarga dalam
suatu budaya membuat suatu keputusan penting bagi anggota keluarganya. Dengan
kata lain apakah peran orang dewasa (orang tua) memiliki kebijakan yang lebih
dalam memutuskan apa yang terbaik bagi anaknya. Atau malah sebaliknya anak-anak
memberi keputusan sendiri apa yang terbaik bagi diri mereka sendiri. Dan bisa
dikatakan juga bahwa pengaruh pembelian oleh orang tua akan berpengaruh untuk seterusnya
pada anak. Seperti contoh pada beberapa budaya yaitu seperti di Meksiko, sama
halnya dengan Amerika, peran orang dewasa sangat berpengaruh. Para orang tua
lebih memiliki kecenderungan dalam mengambil keputusan dalam membeli.Begitu
juga para orang dewasa muda di Thailand yang hidup sendiri diluar dari orang
tua atau keluarga mereka.Tetapi ketergantungan dalam membeli masih dipengaruhi
oleh orang tua maupun keluarga mereka. Yang lain halnya di India, sesuatu hal
yang akan dibeli diputuskan bersama-sama dalam satu keluarga yaitu seperti
diskusi keluarga diantara mereka.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar