Nama : Dhika Primadya Citrawijaya
NPM : 12213334
Kelas : 3EA03
Mempengaruhi Sikap dan Perilaku Konsumen
Sikap adalah cara menempatkan
atau membawa diri, atau cara merasakan, jalan pikiran, dan perilaku. Selain itu, sikap atau attitude adalah suatu konsep paling
penting dalam psikologisosial.Pembahasan yang berkaitan dengan psikologi
(sosial) hampir selalu menyertakan unsur sikap baik sikap individu maupun sikap
kelompok sebagai salah satu bagian pembahasannya.
Banyak kajian dilakukan untuk merumuskan pengertian sikap, prose terbentuknya sikap, maupun proses perubahannya. Banyak pula penelitian telah dilakukan terhadap sikap untuk mengetahui efek dan perannya baik sebagai variabel bebas maupun sikap sebagai variabel tergantung kepercayaan konsumen terhadap suatu produk bahwa produk tersebut memiliki atribut adalah akibat dari pengetahuan konsumen.
Banyak kajian dilakukan untuk merumuskan pengertian sikap, prose terbentuknya sikap, maupun proses perubahannya. Banyak pula penelitian telah dilakukan terhadap sikap untuk mengetahui efek dan perannya baik sebagai variabel bebas maupun sikap sebagai variabel tergantung kepercayaan konsumen terhadap suatu produk bahwa produk tersebut memiliki atribut adalah akibat dari pengetahuan konsumen.
Menurut Mowen dan Minor
kepercayaan konsumen adalah pengetahuan konsmen mengenai suatu objek,
atributnya, manfaatnya.Pengetahuan tersebut berguna dalam mengkomunikasikan
suatu produk dan atributnya kepada konsumen.Sikap menggambarkan kepercayaan
konsumen terhadap berbagai atribut tersebut. Berikut adalah beberapa
karakteristik sikap antara lain :
- Sikap positif,
negatif, netral.
- Keyakinan
sikap.
- Sikap memiliki
objek.
- Konsistensi
sikap.
- Resistensi
sikap.
Empat fungsi sikap yang bisa digunakan oleh
pemasar sebagai metode untuk mengubah sikap konsumen terhadap produk dan
atributnya menurut Daniel Katz antara lain :
·
Fungsi utilitarian
·
Fungsi mempertahankan ego
·
Fungsi ekspresi nilai
·
Fungsi pengetahuan
Pengukuran sikap yang paling
populer digunakan oleh para peneliti konsumen adalah model multi atribut yang
terdiri dari tiga model :the attittude
toward-object model, the attittude toward-behavior
model, dan the theory of
reasoned-action model. Model ini menjelaskan bahwa sikap konsumen terhadap
suatu objek sangat ditentukan oleh sikap konsumen terhadap atribut-atribut yang
dievaluasi.Model ini menekankan tingkat kepentingan yang diberikan kosumen
kepada suatu atribut sebuah produk.
Model sikap lainnya yang juga
sering digunakan adalah model sikap angka ideal.Model ini memberikan informasi
mengenai sikap konsumen terhadap merek suatu produk sekaligus memberikan
informasi mengenai merek ideal yang dirasa suatu produk.Perbedaannya dengan
model multi atribut adalah terletak pada pengukuran sikap menurut konsumen.
Komponen yang secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude) yaitu :
Komponen yang secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude) yaitu :
·
Kognitif (cognitive) :
Berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi
obyek sikap. Sekali kepercayaan itu telah terbentuk maka ia akan menjadi dasar
seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan dari obyek tertentu
·
Afektif (affective) :
Menyangkut masalah emosional subyektif seseorang terhadap suatu obyek sikap.
Secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki obyek
tertentu.
·
Konatif (conative) :
Komponen konatif atau komponen perilaku dalam struktur sikap menunjukkan
bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku dengan yang ada dalam diri
seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapi.
Sikap memiliki beberapa karakteristik, antara
lain: arah, intensitas, keluasan, konsistensi dan spontanitas (Assael, 1984 dan
Hawkins dkk, 1986).
·
Karakteristik dan arah
menunjukkan bahwa sikap dapat mengarah pada persetujuan atau tidaknya individu,
mendukung atau menolak terhadap objek sikap.
·
Karakteristik intensitas
menunjukkan bahwa sikap memiliki derajat kekuatan yang pada setiap individu
bisa berbeda tingkatannya.
·
Karakteristik keluasan sikap
menunjuk pada cakupan luas mana kesiapan individu dalam merespon atau
menyatakan sikapnya secara spontan.
Dari definisi-definisi yang
dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa sikap adalah suatu bentuk evaluasi
perasaan dan kecenderungan potensial untuk bereaksi yang merupakan hasil
interaksi antara komponen kognitif, afektif dan konatif yang saling bereaksi
didalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu objek.
Dari Bujukan Hingga Komunikasi
Perilaku Konsumen menurut
Schiffman, Kanuk (2004, p. 8) adalah perilaku yang ditunjukkan konsumen dalam
pencarian akan pembelian, penggunaan, pengevaluasian, dan penggantian produk
dan jasa yang diharapkan dapat memuaskan kebutuhan konsumen.
Beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah :
Beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah :
1.
Faktor Sosial :
a)
Group
Sikap dan perilaku seseorang dipengaruhi oleh banyak grup-grup kecil. Kelompok dimana orang tersebut berada yang mempunyai pengaruh langsung disebut membership group. Membership group terdiri dari dua, meliputi primary groups (keluarga, teman, tetangga, dan rekan kerja) dan secondary groups yang lebih formal dan memiliki interaksi rutin yang sedikit (kelompok keagamaan, perkumpulan profesional dan serikat dagang). (Kotler, Bowen, Makens, 2003, pp. 203-204).
Sikap dan perilaku seseorang dipengaruhi oleh banyak grup-grup kecil. Kelompok dimana orang tersebut berada yang mempunyai pengaruh langsung disebut membership group. Membership group terdiri dari dua, meliputi primary groups (keluarga, teman, tetangga, dan rekan kerja) dan secondary groups yang lebih formal dan memiliki interaksi rutin yang sedikit (kelompok keagamaan, perkumpulan profesional dan serikat dagang). (Kotler, Bowen, Makens, 2003, pp. 203-204).
b)
Family Influence
Keluarga memberikan pengaruh
yang besar dalam perilaku pembelian.Para pelaku pasar telah memeriksa peran dan
pengaruh suami, istri, dan anak dalam pembelian produk dan servis yang
berbeda.Anak-anak sebagai contoh, memberikan pengaruh yang besar dalam
keputusan yang melibatkan restoran fast food. (Kotler, Bowen, Makens, 2003,
p.204).
c)
Roles and Status
Seseorang memiliki beberapa
kelompok seperti keluarga, perkumpulan-perkumpulan, organisasi.Sebuah role
terdiri dari aktivitas yang diharapkan pada seseorang untuk dilakukan sesuai
dengan orang-orang di sekitarnya.Tiap peran membawa sebuah status yang
merefleksikan penghargaan umum yang diberikan oleh masyarakat (Kotler,
Amstrong, 2006, p.135).
2.
Faktor Personal :
a)
Economic Situation
Keadaan ekonomi seseorang
akan mempengaruhi pilihan produk, contohnya rolex diposisikan konsumen kelas
atas sedangkan timex dimaksudkan untuk konsumen menengah. Situasi ekonomi
seseorang amat sangat mempengaruhi pemilihan produk dan keputusan pembelian
pada suatu produk tertentu (Kotler, Amstrong, 2006, p.137).
b)
Lifestyle
Pola kehidupan seseorang yang diekspresikan dalam aktivitas, ketertarikan, dan opini orang tersebut. Orang-orang yang datang dari kebudayaan, kelas sosial, dan pekerjaan yang sama mungkin saja mempunyai gaya hidup yang berbeda (Kotler, Amstrong, 2006, p.138)
Pola kehidupan seseorang yang diekspresikan dalam aktivitas, ketertarikan, dan opini orang tersebut. Orang-orang yang datang dari kebudayaan, kelas sosial, dan pekerjaan yang sama mungkin saja mempunyai gaya hidup yang berbeda (Kotler, Amstrong, 2006, p.138)
c)
Personality and Self Concept
Personality adalah
karakteristik unik dari psikologi yang memimpin kepada kestabilan dan respon
terus menerus terhadap lingkungan orang itu sendiri, contohnya orang yang
percaya diri, dominan, suka bersosialisasi, otonomi, defensif, mudah
beradaptasi, agresif (Kotler, Amstrong, 2006, p.140).Tiap orang memiliki
gambaran diri yang kompleks, dan perilaku seseorang cenderung konsisten dengan
konsep diri tersebut (Kotler, Bowen, Makens, 2003, p.212).
d)
Age and Life Cycle Stage
Orang-orang merubah barang
dan jasa yang dibeli seiring dengan siklus kehidupannya.Rasa makanan,
baju-baju, perabot, dan rekreasi seringkali berhubungan dengan umur, membeli
juga dibentuk oleh family life cycle.Faktor-faktor penting yang berhubungan
dengan umur sering diperhatikan oleh para pelaku pasar.Ini mungkin dikarenakan
oleh perbedaan yang besar dalam umur antara orang-orang yang menentukan
strategi marketing dan orang-orang yang membeli produk atau servis. (Kotler,
Bowen, Makens, 2003, pp.205-206)
e)
Occupation
Pekerjaan seseorang
mempengaruhi barang dan jasa yang dibeli.Contohnya, pekerja konstruksi sering
membeli makan siang dari catering yang datang ke tempat kerja. Bisnis
eksekutif, membeli makan siang dari full service restoran, sedangkan pekerja
kantor membawa makan siangnya dari rumah atau membeli dari restoran cepat saji
terdekat (Kotler, Bowen,Makens, 2003, p. 207).
3.
Faktor Psychological :
a)
Motivation
Kebutuhan yang mendesak untuk mengarahkan seseorang untuk mencari kepuasan dari kebutuhan. Berdasarkan teori Maslow, seseorang dikendalikan oleh suatu kebutuhan pada suatu waktu. Kebutuhan manusia diatur menurut sebuah hierarki, dari yang paling mendesak sampai paling tidak mendesak (kebutuhan psikologikal, keamanan, sosial, harga diri, pengaktualisasian diri). Ketika kebutuhan yang paling mendesak itu sudah terpuaskan, kebutuhan tersebut berhenti menjadi motivator, dan orang tersebut akan kemudian mencoba untuk memuaskan kebutuhan paling penting berikutnya (Kotler, Bowen, Makens, 2003, p.214).
Kebutuhan yang mendesak untuk mengarahkan seseorang untuk mencari kepuasan dari kebutuhan. Berdasarkan teori Maslow, seseorang dikendalikan oleh suatu kebutuhan pada suatu waktu. Kebutuhan manusia diatur menurut sebuah hierarki, dari yang paling mendesak sampai paling tidak mendesak (kebutuhan psikologikal, keamanan, sosial, harga diri, pengaktualisasian diri). Ketika kebutuhan yang paling mendesak itu sudah terpuaskan, kebutuhan tersebut berhenti menjadi motivator, dan orang tersebut akan kemudian mencoba untuk memuaskan kebutuhan paling penting berikutnya (Kotler, Bowen, Makens, 2003, p.214).
b)
Perception
Persepsi adalah proses dimana seseorang memilih, mengorganisasi, dan menerjemahkan informasi untuk membentuk sebuah gambaran yang berarti dari dunia. Orang dapat membentuk berbagai macam persepsi yang berbeda dari rangsangan yang sama (Kotler, Bowen, Makens, 2003, p.215).
Persepsi adalah proses dimana seseorang memilih, mengorganisasi, dan menerjemahkan informasi untuk membentuk sebuah gambaran yang berarti dari dunia. Orang dapat membentuk berbagai macam persepsi yang berbeda dari rangsangan yang sama (Kotler, Bowen, Makens, 2003, p.215).
c)
Learning
Pembelajaran adalah suatu proses, yang selalu berkembang dan berubah sebagai hasil dari informasi terbaru yang diterima (mungkin didapatkan dari membaca, diskusi, observasi, berpikir) atau dari pengalaman sesungguhnya, baik informasi terbaru yang diterima maupun pengalaman pribadi bertindak sebagai feedback bagi individu dan menyediakan dasar bagi perilaku masa depan dalam situasi yang sama (Schiffman, Kanuk, 2004, p.207).
Pembelajaran adalah suatu proses, yang selalu berkembang dan berubah sebagai hasil dari informasi terbaru yang diterima (mungkin didapatkan dari membaca, diskusi, observasi, berpikir) atau dari pengalaman sesungguhnya, baik informasi terbaru yang diterima maupun pengalaman pribadi bertindak sebagai feedback bagi individu dan menyediakan dasar bagi perilaku masa depan dalam situasi yang sama (Schiffman, Kanuk, 2004, p.207).
d)
Beliefs and Attitude
Beliefs adalah pemikiran
deskriptif bahwa seseorang mempercayai sesuatu.Beliefs dapat didasarkan pada
pengetahuan asli, opini, dan iman (Kotler, Amstrong, 2006, p.144).Sedangkan
attitudes adalah evaluasi, perasaan suka atau tidak suka, dan kecenderungan
yang relatif konsisten dari seseorang pada sebuah obyek atau ide (Kotler,
Amstrong, 2006, p.145).
4.
Faktor Cultural :
Nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan, dan perilaku yang
dipelajari seseorang melalui keluarga dan lembaga penting lainnya (Kotler,
Amstrong, 2006, p.129).Penentu paling dasar dari keinginan dan perilaku
seseorang.Culture, mengkompromikan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan, dan
perilaku yang dipelajari seseorang secara terus-menerus dalam sebuah
lingkungan.(Kotler, Bowen, Makens, 2003, pp.201-202).
a)
Subculture
Sekelompok orang yang berbagi sistem nilai berdasarkan persamaan pengalaman hidup dan keadaan, seperti kebangsaan, agama, dan daerah (Kotler, Amstrong, 2006, p.130). Meskipun konsumen pada negara yang berbeda mempunyai suatu kesamaan, nilai, sikap, dan perilakunya seringkali berbeda secara dramatis. (Kotler, Bowen, Makens, 2003, p.202).
Sekelompok orang yang berbagi sistem nilai berdasarkan persamaan pengalaman hidup dan keadaan, seperti kebangsaan, agama, dan daerah (Kotler, Amstrong, 2006, p.130). Meskipun konsumen pada negara yang berbeda mempunyai suatu kesamaan, nilai, sikap, dan perilakunya seringkali berbeda secara dramatis. (Kotler, Bowen, Makens, 2003, p.202).
b)
Social Class
Pengelompokkan individu
berdasarkan kesamaan nilai, minat, dan perilaku.Kelompok sosial tidak hanya
ditentukan oleh satu faktor saja misalnya pendapatan, tetapi ditentukan juga
oleh pekerjaan, pendidikan, kekayaan, dan lainnya (Kotler, Amstrong, 2006,
p.132).
Teknik Modifikasi Perilaku
Modifikasi perilaku secara
umum dapat didefinisikan sebagai hampir segala tindakan yang bertujuan mengubah
perilaku. Definisi yang tepat dari modifikasi perilaku adalahusaha untuk
menerapkan prinsip-prinsip proses blajar maupun prinsip-prinsip psikologis
hasil eksperimen lain pada perilaku manusia (Bootzin, 1975). Sebagai ilustrasi
dari definisi tersebut adalah sebagaiberikut:
Bu Andi orang seorang demawan yang cukup di
kenal di kompleks perumahan tersebut.Setiap hari Minggu berbondong-bondong
didatangi pengemis ke rumahnya. Pada suatu saat Bu Andi merasakan capai, dan ia
berpikir bahwa satu-satunya hari untuk istirahat hanya hari Minggu tersebut. Ia
ingin tinggal tenang di rumahnya, tidak cara menghentikan kedatangan para
pengemis terebut. Ia mempertanyakan: apakah yang terjadi bila ia menghentikan
dermanya? Apakah pengemis tidak akan mengganggunya lagi.
Pada contoh diatas, yang akan diubah oleh Bu
Andi adalah perilaku pencari dana yang datang pada setiap hari minggu. Datang
setiap hari Minggu adalah hasil belajar.Karena itu dengan menerapkan teori
belajar, perilaku tersebut mestinya dapat diubah.
Definisi di atas tampak longgar dibanding dengan definisi yang dikemukakan oleh kelompok behaviorist. Beberapa kelompok behaviorist memberikan definisi modifikasi perilaku sebagai berikut:
Definisi di atas tampak longgar dibanding dengan definisi yang dikemukakan oleh kelompok behaviorist. Beberapa kelompok behaviorist memberikan definisi modifikasi perilaku sebagai berikut:
Powers & Osbon (1976)
memberi batasan modifikasi perilaku sebagai penggunaan secarac sistematis teknik
kondisioning pada manusia untuk menghasilkan perubahan frekuensi perilaku
sosial tertentu atau tindakan mengontrol lingkungan periaku tersebut.
Eysenk dalam Soetarlinah Soekadji (1983) menyatakan bahwa modifikasi perilaku adalah usaha untuk mengubah perilaku dan emosi manusia dengan cara yang menguntungkan berdasarkan hukum-hukum teori modern proses belajar.
Eysenk dalam Soetarlinah Soekadji (1983) menyatakan bahwa modifikasi perilaku adalah usaha untuk mengubah perilaku dan emosi manusia dengan cara yang menguntungkan berdasarkan hukum-hukum teori modern proses belajar.
Wole (1973) memberi batasan
tentang modifikasi perilaku adalah penerapan prinsip-prinsip belajar yang telah
teruji secara eksperimental untuk mengubah perilaku yang tidak adaptif,
kebiasaan-kebiasaan yang tidak adaptif dilemahkan dan dihilangkan, perilaku
adaptif ditimbulkan dan dikukuhkan.
Ketiga definisi tersebut tampak bahwa mereka
lebih menekankan pada penerapan teori dan hukum belajar pada modfikasi
perilaku. Mereka berpendapat bahwa mengubah perilaku baru disebut modifikasi
perilaku bila teknik kondisioning diterapkan secara ketat: tanggapan (respons),
konsekuensi (akibat), dan stimulus (perangsang) didefinisikan secara objektif
da dicatat secara cermat. Dari contoh-contoh definisi tersebut
diatas, tampak adanya dua hal pokok, yaitu (1) adanya penerapan prinsip proses
belajar, dan (2) adanya suatu teknik mengubah perilaku berdasar prinsip-prinsip
belajar.
Dalam perkembangannya, modifikasi perilaku
berkembang secara pesat mulai tahun enam puluhan. Modifikasi perilaku mulai
mempengaruhi praktik-prkatik perlakuan terhadap perilaku pada psikologi yang
lain. Sebagai konsekuensinya, modifikasi perilaku tidak lagi begitu ketat,
tidak memperlakukan manusia seperti binatang eksperimen dalam laboratorium,
tetapi perlakuanya lebih manusiawi. Modifikasi perilaku banyak mengasimilasi
praktik-praktik psikologi lain. Sasaran utama tetap mengubah perilaku lahiriah,
dalam arti menghilangkan gejala-gejala kelainan, bukan hanya mencapai insight
mengenai penyebab perilaku.Telah disadari oleh para pengembangnya, bahwa
mengabaikan dasar atau penyebab perilaku adalah tindakan yang tidak masuk
akal.Namun insight mengenai dasar dan penyebab itu bukan tujuan utama dalam
modifikasi perilaku, tetapi perhatian utama pada perilaku subjek sekarang (here
and now), bukan pada saat usul perilaku.
Menurut Sutarlinah, ada dua dasar pikiran modifiksi perilaku, yaitu perilaku sebagai hasil belajar dan pendekatan simtomatis (Sutarlinah Soekadji, 1983).
Menurut Sutarlinah, ada dua dasar pikiran modifiksi perilaku, yaitu perilaku sebagai hasil belajar dan pendekatan simtomatis (Sutarlinah Soekadji, 1983).
Perilaku sebagai hasil proses belajar
menyatakan bahwa sebagian besar perilaku tak adaptif atau simtom-simtom
kelainan sampai tingkat tertentu diperoleh sebagai hasil proses belajar.
Kenyataan ini ternyata tidak menjadi perdebatan, bahwa perilaku seseorang
berasal dari dasar (pembawaan) dan ajar (diperoleh dari lingkungan). Modifikasi
perilaku memanfaatkan penelitian-penelitian yang cermat mengenai cara-cara
lingkungan mempengaruhi perilaku manusia terutama penelitian-penelitian yang
menggunakan prinsip proses belajar yang telah teruji. Perilaku tak-adaptif
dapat diubah dengan menggunakan prinsip-prinsip proses belajar. Cara-cara pengubahan
disesuaikan dengan perilkau sasaran dan dengan situasi dan kondisi serta interaksi
klien dengan lingkungan.
Pendekatan simtomatis dalam modifikasi perilaku
berawal dari praktik penelitian terhadap proses belajar yang dilakukan di
laboratorium dengan menggunakan subjek coba binatang. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tanpa asal-usulnya, perilaku subjek dapat diubah.Kesimpulan
ini diterapkan pada manusia.Kebanyakan manusia pertama yang dikenai percobaan
adalah anak-anak tunagrahita, anak-anak yang mengalami kelainan kepribadian,
anak-anak autism.Percobaan ini ternyata berhasil baik, sehingga pendekatan
simtomatis dapat dipertahankan.
Kritik terhadap pendekatan simtomatis dilancarkan dari kelompok terapis psikoanalis. Mereka memperingatkan bahwa menghilangkan simtom tanpa menghilangkan masalah yang mendasari akan menimbulkan simtom pengganti (subsitusi). Keadaan ini memang didak semua benar. Memang kadang-kadang simtom lain menggantikan simtom yang hilang, namun banyaknya kasus masing bersifat kebetulan.
Kritik terhadap pendekatan simtomatis dilancarkan dari kelompok terapis psikoanalis. Mereka memperingatkan bahwa menghilangkan simtom tanpa menghilangkan masalah yang mendasari akan menimbulkan simtom pengganti (subsitusi). Keadaan ini memang didak semua benar. Memang kadang-kadang simtom lain menggantikan simtom yang hilang, namun banyaknya kasus masing bersifat kebetulan.
Upaya perbaikan terhadap kritik ini pendekatan
simtomatis dalam modifikasi perilaku mulai dilakukan.Modifikasi perilaku mulai
menyadari perlunya sumber-sumber kekuatan manusiawi yang dapa dimanfaatkan
dalam mengubah perilaku.Sumber-sumber tersebut adalah analisis terhadap
asal-usul perilaku sasaran dan penataan lingkungan yang dimanfaatkan secara
efektif.
Prinsip-prinsip proses belajar telah
dimanfaatkan dalam usaha-usaha mengembangkan teknik-teknik praktis untuk
menangani perilaku-perilaku menimpang dan masalah-masalah pribadi. Penerapan
ini sering disebut dengan terapi perilaku.Terapi perilaku menyimpang yang
sering diubah dengan terapi perilaku tersebut misalnya perilaku agresif,
perilaku kejahatan, pobia, kompulsi, obsesi, menghentikan merokok, dan sebagainya.Meskipun
modifikasi perilaku lebih luas cakupannya dibandingkan dengan terapi perilaku,
namun keduanya tidak dapat terpisahkan.
Modifikasi perilaku berbeda dengan pengubahan
perilaku yang didasarkan pada teknik media-biologis dan psikodinamika.Pengubahan
perilaku melalui teknik medik-biologis lebih didasarkan pada efek medik, bukan
merupakan penerapan prinsip-prinsip perilaku dalam teori belajar.Misalnya
pemberian obat, bedah syaraf, dan electro-convulsive therapy.
Perbedaan khas modifikasi perilaku dengan
terapi yang didasarkan psikodinamika adalah bahwa dalam modifikasi perilaku
campur tangan terapis bersifat rasional dan predektif, perilaku yang akan
diubah dideskripsikan secara jelas, sedangkan dalam psikodinamika tidak jelas,
tampak sebagai proses batin. Selain itu, langkah-langkah dalam modifiksi
perilaku tampak nyata, sedangkan dalam psikodinamika dibiarkan, misalnya
asosiasi bebas dan reflektif.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar