Seni tradisional adalah unsur kesenian yang menjadi bagian hidup masyarakat dalam suatu kaum/suku bangsa/kelompok tertentu. Tradisional adalah aksi dan tingkah laku yang terjadi secara alamiah karena keturunan dari para leluhur/ nenek moyang terdahulu. Sedangkan Tradisi adalah bagian tradisional namun bisa musnah jika masyarakat tidak mau mengikuti tradisi tersebut.
Bagi sebagian masyarakat
Indonesia khususnya di kota besar, seni tradisional merupakan sebuah warisan
nenek moyang terdahulu. Seiring
berkembangnya kemajuan zaman dan teknologi, manusia pun ikut menciptakan
sebuah kebiasaaan dan tradisi yang kemudian mewariskan kepada generasi
selanjutnya dan terus begitu pada generasi berikutnya.
Akibatnya masyarakat Indonesia
kebanyakan menganggap kesenian, seperti tarian, musik , permainan dan lain
sebagainya dipandang sebagai hasil warisan budaya tradisional yang telah kuno.
Sedangkan beberapa unsur lain yang termasuk kedalam budaya seni tradisional
secara perlahan luntur dan hilang begitu saja. Hingga saat ini sudah tercatat ratusan
acara adat dari berbagai suku hilang dan masyarakat pun beralih pada kemajuan
teknologi.
Salah satu contohnya yang paling
nyata dan tanpa banyak disadari masyaakat adalah Upacara Pernikahan. Untuk
lebih jelasnya mari kita baca kasus dibawah ini :
Masyarakat adat Lampung Barat
merupakan masyarakat yangmasih menjunjung tinggi nilai nilai adat budaya dan
tradisi, Adat budayanya pun sangat khas. Sampai saat ini masih dapat kita
jumpai Upacara – Upacara Adat seperti Upacara Adat dalam menyambut Tamu Agung,
Pengangkatan Raja, Nyambai Agung dan Pernikahan.
Diantara bebeberapa Upacara Adat
tersebut, yang paling sering kita jumpai adalah Upacara Adat Pernikahan. Dalam
hal ini Muda mudi yang dalam bahasa lampung disebut Muli Mekhanai mempunyai
peranan sebagai pendukung dan penyemarak kegiatan Upacara Pernikahan tersebut.
Terdapat beberapa Tradisi Muli Mekhanai dalam menyemarakkan.
Upacara adat Pernikahan ini salah
satunya adalah Tari Selendang/Lempar Selendang, yaitu sebuah tarian menggunakan
kain selendang oleh Muli Mekhanai yang diringi oleh musik tradisional Gong dan
Rebana. Secara bergantian Muli Mekhanai mencari pasangan hingga terbentuk dua
pasangan lalu barulah tarian dimulai, proses pergantian antar Muli Mekhanai
satu dengan yang lainnya adalah saat dihentikannya alunan musik ditengah
pasangan Muli Mekhanai yang sedang menari lalu merekamasing-masing memilih dan
memberikan selendang untuk penari selanjutnya secara berpasangan dan demikian
seterusnya.
Namun kini seiring tradisi
tersebut berubah dan mengalami pergeseran nilai yang cukup
mengkhawatirkan. Tari Selendang yang awalnya adalah tarian selendang yang
diikuti alunan musik tradisonal, kini berganti menjadi tak ubahnya sebuah Pesta
Dugem, alunan musik tradisonal Gong dan Rebana digantikan menjadi alunan yang
mereka sebut dengan House Music dari VCD Player dengan speaker yang disetel
sekencang-kencangnya, tarinya pun yang awalnya syarat akan nilai seni
tradisional mau tidak mau harus mengikuti alunan House Music tadi, yang masih
tersisa hanyalah kain selendang yang fungsinya memang masih sama dengan fungsi
awal.
Ironis dan menghawatirkan memang
jika melihat fenomena seperti ini terjadi ditengah-tengah masyarakat lampung
barat yang masih memegang teguh nilai nilai keluhuran adat budaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar